Minggu, 04 Maret 2012

metode kontrasepsi alamiah


BAB II
URAIAN MATERI
METODE KONTRASEPSI SEDERHANA TANPA ALAT

A.    METODE ALAMIAH
1.      Metode Kalender / Pantang Berkala.
a.       Definisi
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlbqDKt_JbA0NNt3TNBeMiKgVhg4UlZqmOqZ9gfy6ihuZmd49CfHo_gSmCoQ40Fx8Xm4Vr-A5FwQY22njVL8vrjbkx7Fw_To5Pj8sPWbWPbZ2T1InY39Mv742Tmfw_skfCpcfsbdbNu3Iw/s320/help-calendar-pregnancy.gifPantang berkala atau yang sering disebut dengan system kalendar merupakan salah satu cara / metode kontrasepsi sederhana yang digunakan pasangan suami istri berdasarkan  masa subur diamana harus menghindari hubungan seksual tanpa perlu pelindung kontrasepsi pada hari ke 8 – 19 siklus menstruasinya yang dapat dilakukan sendri oleh pasangan suami istri tersebut.
Metode kalender atau pantang berkala merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang paling tua. Pencetus KBA sistem kalender adalah dr. Knaus (ahli kebidanan dari Vienna) dan dr. Ogino (ahli ginekologi dari Jepang). Metode kalender ini berdasarkan pada siklus haid/menstruasi wanita.
Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Sedangkan Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak selalu terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya. Hasil penelitian kedua ahli ini menjadi dasar dari KBA sistem kalender.
b.      Dasar .
Ovulasi umumnya terjadi pada hari ke15 sebelum haid berikutnya, tetapi dapat pula terjadi 12 – 16 hari sebelum haid yang akan datang.
Ovulasi selalu terjadi pada hari ke-15 sebelum haid yang akan datang. Problem terbesar dengan metode kalender adalah bahwa tidak semua wanita itu yang mempunyai siklus haid teratur 28 hari.
Untuk dapat menggunaklan metode ini kita harus menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6-12 bulan terakhir.
c.       Keuntungan
1)      Keuntungan kontraseptif
Ø  Dapat digunakan untuk mencegah atau mendapatkan  kehamilan.
Ø  Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
Ø  Tidak ada efek samping.
Ø  Murah atau tanpa biaya.
2)      Keuntungan non-kontraseptif
Ø  meningkatkan pengetahuan tentang  sistem reproduksi pada suami istri.
Ø  Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
Ø  Memungkinkan hubungan yang lebih erat antara pasangan suami istri.
d.      Kelemahan.
1)      Memerlukan penahanan nafsu selama fase kesuburan untuk menghindari kehamilan.
2)      Panjang siklus menstruasi setiap wanita tidaklah sama.
3)      Memerlukan pemberi asuhan (non-medis) yang sudah terlatih.
4)      Diperlukan banyak pelatihan untuk bisa menggunakannya dengan benar.
e.       Kelebihan
1)      Ditinjau dari segi ekonomi, KB kalender dilakukan secara alami dan tanpa biaya sehingga tidak diperlu mengeluarkan biaya untuk membeli alat kontrasepsi.
2)      Dari segi kesehatan system kalender ini jelas jauh lebih sehat karena bisa menghindari efek samping yang merugikan seperti halnya memakai  alat kontrasepsi lainnya (terutama yang berupa obat).
3)      Dari segi psikologisnya, system kalender ini tidak mengurangi kenikmatan hubungan itu sendiri seperti bila memakai kondom misalnya. 
f.       Efektifitas.
Efektifitasnya tergantung pada keikhlasan mengikuti petunjuk, angka kegagalan 1-25 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama penggunaan.
g.      Cara menggunakan metode kalender.
Seorang wanita menentukan masa suburnya dengan :
1)      Mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek, untuk menentukanawal dari masa suburnya.
2)      Mengurangi 11 hari dari siklushaid terpanjang untuk menentukan akhir dari masa suburnya.
Kalkulasi masa subur secara tradisional didasarkan pada 3 asumsi :
·         Ovulasi terjadi pada hari ke-14 tambah kurang 2 hari sebelum permulaan haid berikutnya.
·         Spermatozoa bertahan hidup selama 2-3 hari.
·         Ovum hidup selama 24 jam.
Contoh kasus :
Ny. Ana menyatakan telah menagamati siklus haidnya selama 8 bulan dan di dapatkan data bahwa siklus haid terpendeknya 25 hari dan siklus terpanjangnya 30 hari. Hitunglah perkiraan masa subur yang dialami oleh Ny. Ana.




Jawaban :
Hari pertama persangkaan
Masa subur = siklus terpendek – 18
                   = 25 – 18
                   = 7
Hari terakhir persangkaan
Masa subur = siklus terpanjang – 11
                   = 30 – 11
                   = 19
Jadi, Ny. Ana harus abstinen / tidak melakukan hubungan seksual pada hari ke 7 sampai dengan hari 29 dari siklus menstruasinya.
h.      Wanita yang dapat dan tidak dapat menggunakan system kalender.
1)      Wanita yang dioerbolehkan :
·         Perempuan kurus ataupun gemuk.
·         Perempuan yang merokok.
·         Perempuan yang ttidak dapat menggunakan alat kontrasepsi lain.
·         Pasagan yang ingin dan termitivasi untuk mengobservasi, mencatat, dan menilai tanda dan gejala kesuburan.
2)      Wanita yang seharusnya tidak menggunakan:
·         Perempuan dengan siklus haid tidakk teratur.
·         Pasangan yang pasangannya tidak mau bekerja sama selama waktu tertentu dalam siklus haid.
·         Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genitalianya.

2.      Metode Suhu Basal Tubuh (Thermal).
a.       Definisi.
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit.
b.      Dasar.
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi.
Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun.
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh, kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan terus berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan. Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.
c.       Efektifitas.
Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan konsisten. Suhu tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan berturut-turut dan dianggap akurat bila terdeteksi pada saat ovulasi. Tingkat keefektian metode suhu tubuh basal sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan per 100 wanita per tahun. Secara teoritis angka kegagalannya adalah 15 kehamilan per 100 wanita per tahun. Metode suhu basal tubuh akan jauh lebih efektif apabila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain seperti kondom, spermisida ataupun metode kalender atau pantang berkala (calender method or periodic abstinence).
d.      Keuntungan metode suhu basal.
1)      Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri tentang masa subur/ovulasi.
2)      Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi masa subur/ovulasi.
3)      Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan untuk hamil.
4)      Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.
5)      Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri.
e.       Kekurangan metode suhu basal.
1)      Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
2)      Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
3)      Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur, merokok, alkohol, stres, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik.
4)      Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
5)      Tidak mendeteksi awal masa subur.
6)      Membutuhkan masa pantang yang lama, karena ini hanya mendetaksi masa pasca ovulasi, sehingga abstinen sudah harus dilakukan pada masa pra ovulasi.
f.       Petunjuk Bagi Pengguna Metode Suhu Basal Tubuh.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijQFfH_8xpATYdREJSAc_xG6PWkZM0K03wCb3re5rxSDURpxEeY5vLzS-lEahXTXh52hFh96h_PrAe6fvvibFZuZabL9DeZ-VFv0uPp9Etcntk5U7t2hzyDd3kYrE1AcQ2JhGyrwZIxNy8/s320/metode-suhu-basal-tubuh.gif

Aturperubahan suhu/temperatur adalah sebagai berikut:
1)      Suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangun dari tempat tidur).
2)      Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.
3)      Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal dan rendah” dalam pola tertentu tanpa kondisi-kondisi di luar normal atau biasanya.
4)      Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
5)      Tarik garis pada 0,05 derajat celcius – 0,1 derajat celcius di atas suhu tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung (cover line) atau garis suhu.
6)      Periode tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut-turut suhu tubuh berada di atas garis pelindung/suhu basal.
7)      Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore ketiga kenaikan secara berurutan suhu basal tubuh (setelah masuk periode masa tak subur).
8)      Masa pantang untuk senggama pada metode suhu basal tubuh labih panjang dari metode ovulasi billings.
9)      Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati.
Catatan:
1.      Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis pelindung (cover line) selama perhitungan 3 hari. Kemungkinan tanda ovulasi belum terjadi. Untuk menghindari kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat di atas garis pelindung sebelum memulai senggama.
2.      Bila periode tak subur telah terlewati maka boleh tidak meneruskan pengukuran suhu tubuh dan melakukan senggama hingga akhir siklus haid dan kemudian kembali mencatat grafik suhu basal siklus berikutnya.

3.      Metode  Lendir Serviks (Metode Ovilasi Billing/MOB).
Metode ovilasi dikembangkan pada tahun 1950-an oleh dua orang dokter warga Negara Australia yaitu Drs. Evelin dan Jhon Billing kemudian diperkenalkan ke Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an.
a.       Definisi.
Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari ovulasi.
Lendir/mukosa seviks adalah lendir yang dihasilkan oleh aktivitas biosintesis sel sekretori serviks dan mengandung tiga komponen penting yaitu:
1)      Molekul lendir.
2)      Air.
3)      Senyawa kimia dan biokimia (natrium klorida, rantai protein, enzim, dll).
b.      Dasar.
Perubahan siklis dari lender servik yang terjadu karena perubahan kadar estrogen. Lendir/mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel leher rahim tetapi juga oleh sel-sel vagina. Dalam vagina, terdapat sel intermediet yang mampu berperan terhadap adanya lendir pada masa subur/ovulasi.
Ovulasi adalah pelepasan sel telur/ovum yang matang dari ovarium/indung telur. Pada saat menjelang ovulasi, lendir leher rahim akan mengalir dari vagina bila wanita sedang berdiri atau berjalan. Ovulasi hanya terjadi pada satu hari di setiap siklus dan sel telur akan hidup 12-24 jam, kecuali dibuahi sel sperma. Oleh karena itu, lendir pada masa subur berperan menjaga kelangsungan hidup sperma selama 3-5 hari.
Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan:
1)      Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari.
2)      Melihat langsung lendir pada waktu tertentu.
Pada malam harinya, hasil pengamatan ini harus dicatat. Catatan ini akan menunjukkan pola kesuburan dan pola ketidaksuburan.
Pola Subur adalah pola yang terus berubah, sedangkan Pola Dasar Tidak Subur adalah pola yang sama sekali tidak berubah. Kedua pola ini mengikuti hormon yang mengontrol kelangsungan hidup sperma dan konsepsi/pembuahan. Dengan demikian akan memberikan informasi yang bisa diandalkan untuk mendapatkan atau menunda kehamilan.
c.       Manfaat.
Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu dengan berpantang senggama pada masa subur. Selain itu, metode ini juga bermanfaat bagi wanita yang menginginkan kehamilan.
d.      Efektifitas.
Keberhasilan metode ovulasi billings ini tergantung pada instruksi yang tepat, pemahaman yang benar, keakuratan dalam pengamatan dan pencatatan lendir serviks, serta motivasi dan kerjasama dari pasangan dalam mengaplikasikannya. Angka kegagalan dari metode mukosa serviks sekitar 3-4 perempuan per 100 perempuan per tahun. Teori lain juga mengatakan, apabila petunjuk metode mukosa serviks atau ovulasi billings ini digunakan dengan benar maka keberhasilan dalam mencegah kehamilan 99 persen.
e.       Keuntungan .
Metode mukosa serviks ini memiliki kelebihan, antara lain:
1)      Mudah digunakan.
2)      Tidak memerlukan biaya.
3)      Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain yang mengamati tanda-tanda kesuburan.
4)      Memberikan kesempatan pada pasangan menyentuh tubuhnya.
5)      Dapat digunakan untuk mencegah kehamilan.
6)      Memperkirakan lender yang subur sehingga memungkinkan kehamilan.
f.       Kerugian / kekurangan metode lendir serviks.
1)      Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain (misal metode simptothermal).
2)      Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya.
3)      Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda kesuburan.
4)      Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.
5)      Membutuhkan komitment.
g.      Hal yang Mempengaruhi Pola Lendir Serviks .
Pola lendir serviks pada wanita dapat dipengaruhi oleh:
1)      Menyusui.
2)      Operasi serviks dengan cryotherapy atau electrocautery.
3)      Penggunaan produk kesehatan wanita yang dimasukkan dalam alat reproduksi.
4)      Perimenopause.
5)      Penggunaan kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat.
6)      Spermisida.
7)      Infeksi penyakit menular seksual.
8)      Terkena vaginitis.
h.      Teknik penggunaan lendir serviks.
1)      Catatlah setiap kali pengamatan dilakukan dengan suatu rangkaian kode misalnya stiker atau tinta berwarna ataupun tulisan tangan. Contoh kode yang dipakai untuk mencatat kesuburan ;
·         * / merah = perdarahan atau haid.
·         K / hijau = kering
·         @/& / biarkan kosong = lender subur yang basah, jernih, licin dan mulur.
·         L / kuning = lender tak subur yang kental, putih, keruh dan lengket.
2)      Periksa lender setiap kali kebelakang dan sebelum tidur, kecuali ada perasaan sangat basah waktu siang.
3)      Pantang senggama paling sedikit satu kali siklus sehingga klien akan mengenali hari-hari lender.
4)      Hindari senggama pada waktu haid.
5)      Pada hari kering setelah haid, aman untuk bersenggama selang satu malam.
6)      Tandai hari terakhir dengan lendir jernih, licin, dan mullur dengan tanda “X”. Ini adalah hari puncak (hari ovulasi).
7)      Setelah hari puncak, hindari bersenggama untuk 3 hari berikut siang dan malam. Mulai dari hari keempat setelah kering, ini adalah waktu yang aman untuk bersenggama sampai hari haid berikutnya.

4.      Metode simptomtermal.
a.       Definisi
Metode simptothermal merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi wanita. Metode simptothermal mengkombinasikan metode suhu basal tubuh dan mukosa serviks. Tetapi ada teori lain yang menyatakan bahwa metode ini mengamati tiga indikator kesuburan yaitu perubahan suhu basal tubuh, perubahan mukosa/lendir serviks dan perhitungan masa subur melalui metode kalender.
Metode simptothermal akan lebih akurat memprediksikan hari aman pada wanita daripada menggunakan salah satu metode saja. Ketika menggunakan metode ini bersama-sama, maka tanda-tanda dari satu dengan yang lainnya akan saling melengkapi.
b.      Dasar
Kombinasi antara macam metode KB alamiah untuk menentukan masa subur/ ovulasi.
c.       Efektivitas Metode simptomtermal.
Angka kegagalan Metode simptomtermal ini adalah 4,9 – 34,4 kehamilan padda 100 wanita per tahun.
Angka kegagalan dari penggunaan metode simptothermal adalah 10-20 wanita akan hamil dari 100 pasangan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan kesalahan dalam belajar, saran atau tidak ada kerjasama pasangan. Namun, studi lain juga menyatakan angka kegagalan dari metode simptothermal mempunyai angka kegagalan hanya 3 persen apabila di bawah pengawasan yang ketat.
d.      Manfaat
Metode simptothermal memiliki manfaat sebagai alat kontrasepsi maupun konsepsi.
1)      Manfaat Kontrasepsi.
Metode simptothermal digunakan sebagai alat kontrasepsi atau menghindari kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur (pantang saat masa subur).
2)      Manfaat Konsepsi.
Metode simptothermal digunakan sebagai konsepsi atau menginginkan kehamilan dengan melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur.

B.     METODE AMENORHEA LAKTASI
1.      Definisi
asi1
Metode amenorhea laktasi adalah kontrasepsi yang mengendalikan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa pemberian makanan tambahan ataupun minuman apapun..
Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya. Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM) dapat dikatakan sebagai metode keluarga berencana alamiah (KBA) atau natural family planning, apabila tidak dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
Meskipun penelitian telah membuktikan bahwa menyusui dapat menekan kesuburan, namun banyak wanita yang hamil lagi ketika menyusui. Oleh karena itu, selain menggunakan Metode Amenorea Laktasi juga harus menggunakan metode kontrasepsi lain seperti metode barier (diafragma, kondom, spermisida), kontrasepsi hormonal (suntik, pil menyusui, AKBK) maupun IUD.
Pada wanita yang tidak menyusui, waktu rata-rata ovulasi berikutnya adalah 45 hari setelah wanita tersebut melahirkan (jangka waktu 25-72 hari). Pada wanita menyusui, waktu rata-rata ovulasi berikutnya adalah 190 hari.
2.      Efektifitas.
Efektifitas Metode amenorrhea laktasi tinggi sekitar 98 % apabila digunakan secara benar dan memenuhi persyaratan sebagai berikut: digunakan selama enam bulan pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid pasca melahirkan dan menyusui secara eksklusif (tanpa memberikan makanan atau minuman tambahan). Efektifitas dari metode ini juga sangat tergantung pada frekuensi dan intensitas menyusui.
3.      Cara Kerja.
Cara kerja dari Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah menunda atau menekan terjadinya ovulasi. Pada saat laktasi/menyusui, hormon yang berperan adalah prolaktin dan oksitosin. Semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin meningkat dan hormon gonadotrophin melepaskan hormon penghambat (inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi kadar estrogen, sehingga tidak terjadi ovulasi setelah melahirkan sehingga menjadi suatu bentuk KB alamiah.
4.      Keterbatasan
Metode
Amenorea Laktasi (MAL) mempunyai keterbatasan antara lain:
a.      Memerlukan persiapan dimulai sejak kehamilan.
b.      Metode ini hanya efektif digunakan selama 6 bulan setelah melahirkan, belum mendapat haid dan menyusui secara eksklusif.
c.       Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk Hepatitis B ataupun HIV/AIDS.
d.      Tidak menjadi pilihan bagi wanita yang tidak menyusui.
e.      Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif.
5.      Yang Dapat Menggunakan MAL.
Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat digunakan oleh wanita yang ingin menghindari kehamilan dan memenuhi kriteria sebagai berikut:
a.      Wanita yang menyusui secara eksklusif.
b.      Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari 6 bulan.
c.       Wanita yang belum mendapatkan haid pasca melahirkan.
Wanita yang menggunakan Metode Amenorea Laktasi (MAL), harus menyusui dan memperhatikan hal-hal di bawah ini:
a.      Dilakukan segera setelah melahirkan.
b.      Frekuensi menyusui sering dan tanpa jadwal.
c.       Pemberian ASI tanpa botol atau dot.
d.      Tidak mengkonsumsi suplemen.
e.      Pemberian ASI tetap dilakukan baik ketika ibu dan atau bayi sedang sakit.
6.      Yang Tidak Dapat Menggunakan MAL.
Metode Amenorea Laktasi (MAL) tidak dapat digunakan oleh:
a.      Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.
b.      Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.
c.       Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.
d.      Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan.
e.      Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati.
f.        Wanita yang menggunakan obat-obatan jenis ergotamine, anti metabolisme, cyclosporine, bromocriptine, obat radioaktif, lithium atau anti koagulan.
g.      Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan.
h.      Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme.
Metode Amenorea Laktasi (MAL) tidak direkomendasikan pada kondisi ibu yang mempunyai HIV/AIDS positif dan TBC aktif. Namun demikian, MAL boleh digunakan dengan pertimbangan penilaian klinis medis, tingkat keparahan kondisi ibu, ketersediaan dan penerimaan metode kontrasepsi lain.
7.      Keadaan yang Memerlukan Perhatian.
Di bawah ini merupakan keadaan yang memerlukan perhatian dalam penggunaan Metode Amenorea Laktasi (MAL)
                 Keadaan
                       Anjuran
         Ketika mulai pemberian makanan pendamping secara teratur.
           Membantu klien memilih metode kontrasepsi lain dan tetap mendukung pemberian ASI.
          Ketika sudah mengalami haid.
          Membantu klien memilih metode kontrasepsi lain dan tetap mendukung pemberian ASI.
           Bayi menyusu kurang dari 8 kali sehari.
         Membantu klien memilih metode kontrasepsi lain dan tetap mendukung pemberian ASI.
            Bayi berumur 6 bulan atau lebih.
          Membantu klien memilih metode kontrasepsi lain dan tetap mendukung pemberian ASI.

8.      Hal yang Harus Disampaikan Kepada Klien.
Sebelum menggunakan Metode Amenorea Laktasi (MAL), klien terlebih dahulu diberikan konseling sebagai berikut:
a.      Bayi menyusu harus sesering mungkin (on demand).
b.      Waktu pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam.
c.       Bayi menyusu sampai sepuasnya (bayi akan melepas sendiri hisapannya).
d.      ASI juga diberikan pada malam hari untuk mempertahankan kecukupan ASI.
e.      ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin.
f.        Waktu pemberian makanan padat sebagai pendamping ASI (diberikan pada bayi sudah berumur 6 bulan lebih).
g.      Metode MAL tidak akan efektif, apabila ibu sudah memberikan makanan atau minuman tambahan lain.
h.      Ibu yang sudah mendapatkan haid setelah melahirkan dianjurkan untuk menggunakan metode kontrasepsi lain.
i.        Apabila ibu tidak menyusui secara eksklusif atau berhenti menyusui maka perlu disarankan menggunakan metode kontrasepsi lain yang sesuai.
Hal yang perlu diperhatikan oleh ibu dalam pemakaian Metode Amenorea Laktasi (MAL) agar aman dan berhasil adalah menyusui secara eksklusif selama 6 bulan. Untuk mendukung keberhasilan menyusui dan MAL maka beberapa hal penting yang perlu diketahui yaitu cara menyusui yang benar meliputi posisi, perlekatan dan menyusui secara efektif.
9.      Langkah-Langkah Penentuan Pemakaian KB MAL..
Di bawah ini merupakan langkah-langkah menentukan dalam menggunakan kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi (MAL).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar