BAB
II
URAIAN
MATERI
METODE
KONTRASEPSI SEDERHANA TANPA ALAT
A. METODE
ALAMIAH
1.
Metode
Kalender / Pantang Berkala.
a.
Definisi
Pantang
berkala atau yang sering disebut dengan system kalendar merupakan salah satu
cara / metode kontrasepsi sederhana yang digunakan pasangan suami istri
berdasarkan masa subur diamana harus
menghindari hubungan seksual tanpa perlu pelindung kontrasepsi pada hari ke 8 –
19 siklus menstruasinya yang dapat dilakukan sendri oleh pasangan suami istri
tersebut.
Metode
kalender atau pantang berkala merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA)
yang paling tua. Pencetus KBA sistem kalender adalah dr. Knaus (ahli kebidanan
dari Vienna) dan dr. Ogino (ahli ginekologi dari Jepang). Metode kalender ini
berdasarkan pada siklus haid/menstruasi wanita.
Knaus
berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi berikutnya.
Sedangkan Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak selalu terjadi tepat 14 hari
sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum
menstruasi berikutnya. Hasil penelitian kedua ahli ini menjadi dasar dari KBA
sistem kalender.
b.
Dasar .
Ovulasi umumnya terjadi pada hari ke15 sebelum haid
berikutnya, tetapi dapat pula terjadi 12 – 16 hari sebelum haid yang akan
datang.
Ovulasi selalu terjadi pada hari ke-15 sebelum haid
yang akan datang. Problem terbesar dengan metode kalender adalah bahwa tidak
semua wanita itu yang mempunyai siklus haid teratur 28 hari.
Untuk dapat menggunaklan metode ini kita harus
menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6-12 bulan
terakhir.
c.
Keuntungan
1)
Keuntungan kontraseptif
Ø Dapat
digunakan untuk mencegah atau mendapatkan
kehamilan.
Ø Tidak
ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
Ø Tidak
ada efek samping.
Ø Murah
atau tanpa biaya.
2)
Keuntungan non-kontraseptif
Ø meningkatkan
pengetahuan tentang sistem reproduksi
pada suami istri.
Ø Meningkatkan
keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
Ø Memungkinkan
hubungan yang lebih erat antara pasangan suami istri.
d.
Kelemahan.
1)
Memerlukan penahanan nafsu selama fase
kesuburan untuk menghindari kehamilan.
2)
Panjang siklus menstruasi setiap wanita
tidaklah sama.
3)
Memerlukan pemberi asuhan (non-medis)
yang sudah terlatih.
4)
Diperlukan banyak pelatihan untuk bisa
menggunakannya dengan benar.
e.
Kelebihan
1)
Ditinjau dari segi ekonomi, KB kalender
dilakukan secara alami dan tanpa biaya sehingga tidak diperlu mengeluarkan
biaya untuk membeli alat kontrasepsi.
2)
Dari segi kesehatan system kalender ini
jelas jauh lebih sehat karena bisa menghindari efek samping yang merugikan
seperti halnya memakai alat kontrasepsi
lainnya (terutama yang berupa obat).
3)
Dari segi psikologisnya, system kalender
ini tidak mengurangi kenikmatan hubungan itu sendiri seperti bila memakai
kondom misalnya.
f.
Efektifitas.
Efektifitasnya tergantung pada keikhlasan mengikuti
petunjuk, angka kegagalan 1-25 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama
penggunaan.
g.
Cara menggunakan metode kalender.
Seorang wanita menentukan masa suburnya dengan :
1)
Mengurangi 18 hari dari siklus haid
terpendek, untuk menentukanawal dari masa suburnya.
2)
Mengurangi 11 hari dari siklushaid
terpanjang untuk menentukan akhir dari masa suburnya.
Kalkulasi
masa subur secara tradisional didasarkan pada 3 asumsi :
·
Ovulasi terjadi pada hari ke-14 tambah
kurang 2 hari sebelum permulaan haid berikutnya.
·
Spermatozoa bertahan hidup selama 2-3
hari.
·
Ovum hidup selama 24 jam.
Contoh
kasus :
Ny.
Ana menyatakan telah menagamati siklus haidnya selama 8 bulan dan di dapatkan
data bahwa siklus haid terpendeknya 25 hari dan siklus terpanjangnya 30 hari.
Hitunglah perkiraan masa subur yang dialami oleh Ny. Ana.
Jawaban
:
Hari
pertama persangkaan
Masa
subur = siklus terpendek – 18
= 25 – 18
= 7
Hari
terakhir persangkaan
Masa
subur = siklus terpanjang – 11
= 30 – 11
= 19
Jadi,
Ny. Ana harus abstinen / tidak melakukan hubungan seksual pada hari ke 7 sampai
dengan hari 29 dari siklus menstruasinya.
h.
Wanita yang dapat dan tidak dapat
menggunakan system kalender.
1)
Wanita yang dioerbolehkan :
·
Perempuan kurus ataupun gemuk.
·
Perempuan yang merokok.
·
Perempuan yang ttidak dapat menggunakan
alat kontrasepsi lain.
·
Pasagan yang ingin dan termitivasi untuk
mengobservasi, mencatat, dan menilai tanda dan gejala kesuburan.
2)
Wanita yang seharusnya tidak
menggunakan:
·
Perempuan dengan siklus haid tidakk
teratur.
·
Pasangan yang pasangannya tidak mau
bekerja sama selama waktu tertentu dalam siklus haid.
·
Perempuan yang tidak suka menyentuh
daerah genitalianya.
2.
Metode
Suhu Basal Tubuh (Thermal).
a.
Definisi.
Suhu tubuh
basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam
keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari
segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.
Tujuan
pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi.
Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer
basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan
ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit.
b.
Dasar.
Suhu
normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan
turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali
pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi.
Kondisi
kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun
kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini
terjadi karena produksi progesteron menurun.
Apabila
grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh,
kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan
suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang
memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh
dan terus berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan.
Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus
memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.
c.
Efektifitas.
Metode
suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan konsisten. Suhu
tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan berturut-turut dan
dianggap akurat bila terdeteksi pada saat ovulasi. Tingkat keefektian metode
suhu tubuh basal sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan per 100 wanita per
tahun. Secara teoritis angka kegagalannya adalah 15 kehamilan per 100 wanita
per tahun. Metode suhu basal tubuh akan jauh lebih efektif apabila
dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain seperti kondom, spermisida ataupun metode kalender atau pantang berkala (calender
method or periodic abstinence).
d.
Keuntungan metode suhu basal.
1)
Meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri tentang masa subur/ovulasi.
2) Membantu wanita yang mengalami
siklus haid tidak teratur mendeteksi masa subur/ovulasi.
3) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi
ataupun meningkatkan kesempatan untuk hamil.
4) Membantu menunjukkan perubahan tubuh
lain pada saat mengalami masa subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.
5) Metode suhu basal tubuh yang
mengendalikan adalah wanita itu sendiri.
e.
Kekurangan
metode suhu basal.
1)
Membutuhkan
motivasi dari pasangan suami istri.
3) Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi
oleh penyakit, gangguan tidur, merokok, alkohol, stres, penggunaan narkoba
maupun selimut elektrik.
4) Pengukuran suhu tubuh harus
dilakukan pada waktu yang sama.
5) Tidak mendeteksi awal masa subur.
6) Membutuhkan masa pantang yang lama,
karena ini hanya mendetaksi masa pasca ovulasi, sehingga abstinen sudah harus
dilakukan pada masa pra ovulasi.
f.
Petunjuk Bagi Pengguna Metode Suhu Basal Tubuh.
Aturperubahan
suhu/temperatur adalah sebagai berikut:
1) Suhu diukur pada waktu yang hampir
sama setiap pagi (sebelum bangun dari tempat tidur).
2)
Catat
suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.
3)
Gunakan
catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid untuk
menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal dan rendah” dalam pola
tertentu tanpa kondisi-kondisi di luar normal atau biasanya.
4)
Abaikan
setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
5)
Tarik
garis pada 0,05 derajat celcius – 0,1 derajat celcius di atas suhu tertinggi
dari suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung (cover line)
atau garis suhu.
6)
Periode
tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut-turut suhu tubuh
berada di atas garis pelindung/suhu basal.
7)
Hari
pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore ketiga kenaikan
secara berurutan suhu basal tubuh (setelah masuk periode masa tak subur).
8)
Masa
pantang untuk senggama pada metode suhu basal tubuh labih panjang dari metode ovulasi
billings.
9)
Perhatikan
kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati.
Catatan:
1.
Jika
salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis pelindung (cover line) selama
perhitungan 3 hari. Kemungkinan tanda ovulasi belum terjadi. Untuk menghindari
kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat di atas garis
pelindung sebelum memulai senggama.
2.
Bila
periode tak subur telah terlewati maka boleh tidak meneruskan pengukuran suhu
tubuh dan melakukan senggama hingga akhir siklus haid dan kemudian kembali
mencatat grafik suhu basal siklus berikutnya.
3.
Metode Lendir Serviks (Metode Ovilasi Billing/MOB).
Metode ovilasi dikembangkan pada tahun 1950-an oleh dua
orang dokter warga Negara Australia yaitu Drs. Evelin dan Jhon Billing kemudian
diperkenalkan ke Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an.
a.
Definisi.
Metode mukosa serviks atau metode
ovulasi merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali
masa subur dari siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan
rasa pada vulva menjelang hari-hari ovulasi.
Lendir/mukosa
seviks adalah lendir yang dihasilkan oleh aktivitas biosintesis sel sekretori
serviks dan mengandung tiga komponen penting yaitu:
1) Molekul lendir.
2)
Air.
3)
Senyawa
kimia dan biokimia (natrium klorida, rantai protein, enzim, dll).
b.
Dasar.
Perubahan
siklis dari lender servik yang terjadu karena perubahan kadar estrogen.
Lendir/mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel leher rahim tetapi
juga oleh sel-sel vagina. Dalam vagina, terdapat sel intermediet yang mampu
berperan terhadap adanya lendir pada masa subur/ovulasi.
Ovulasi
adalah pelepasan sel telur/ovum yang matang dari ovarium/indung telur. Pada
saat menjelang ovulasi, lendir leher rahim akan mengalir dari vagina bila
wanita sedang berdiri atau berjalan. Ovulasi hanya terjadi pada satu hari di
setiap siklus dan sel telur akan hidup 12-24 jam, kecuali dibuahi sel sperma.
Oleh karena itu, lendir pada masa subur berperan menjaga kelangsungan hidup
sperma selama 3-5 hari.
Pengamatan
lendir serviks dapat dilakukan dengan:
1) Merasakan perubahan rasa pada vulva
sepanjang hari.
2)
Melihat
langsung lendir pada waktu tertentu.
Pada malam harinya, hasil pengamatan
ini harus dicatat. Catatan ini akan menunjukkan pola kesuburan dan pola
ketidaksuburan.
Pola Subur adalah pola yang terus
berubah, sedangkan Pola Dasar Tidak Subur adalah pola yang sama sekali tidak
berubah. Kedua pola ini mengikuti hormon yang mengontrol kelangsungan hidup
sperma dan konsepsi/pembuahan. Dengan demikian akan memberikan informasi yang
bisa diandalkan untuk mendapatkan atau menunda kehamilan.
c.
Manfaat.
Metode
mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu dengan berpantang
senggama pada masa subur. Selain itu, metode ini juga bermanfaat bagi wanita
yang menginginkan kehamilan.
d.
Efektifitas.
Keberhasilan
metode ovulasi billings ini tergantung pada instruksi yang tepat,
pemahaman yang benar, keakuratan dalam pengamatan dan pencatatan lendir
serviks, serta motivasi dan kerjasama dari pasangan dalam mengaplikasikannya.
Angka kegagalan dari metode mukosa serviks sekitar 3-4 perempuan per 100
perempuan per tahun. Teori lain juga mengatakan, apabila petunjuk metode mukosa
serviks atau ovulasi billings ini digunakan dengan benar maka keberhasilan
dalam mencegah kehamilan 99 persen.
e.
Keuntungan
.
Metode
mukosa serviks ini memiliki kelebihan, antara lain:
1) Mudah digunakan.
2)
Tidak
memerlukan biaya.
3)
Metode
mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain yang mengamati
tanda-tanda kesuburan.
4)
Memberikan
kesempatan pada pasangan menyentuh tubuhnya.
5)
Dapat
digunakan untuk mencegah kehamilan.
6)
Memperkirakan
lender yang subur sehingga memungkinkan kehamilan.
f.
Kerugian
/ kekurangan metode lendir serviks.
1)
Tidak
efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan metode
kontrasepsi lain (misal metode simptothermal).
2)
Tidak
cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya.
3)
Wanita
yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda
kesuburan.
4)
Wanita
yang menghasilkan sedikit lendir.
5)
Membutuhkan
komitment.
g.
Hal yang Mempengaruhi Pola Lendir Serviks .
Pola
lendir serviks pada wanita dapat dipengaruhi oleh:
1)
Menyusui.
2)
Operasi
serviks dengan cryotherapy atau electrocautery.
3)
Penggunaan
produk kesehatan wanita yang dimasukkan dalam alat reproduksi.
4)
Perimenopause.
5)
Penggunaan
kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat.
8)
Terkena
vaginitis.
h.
Teknik
penggunaan lendir serviks.
1)
Catatlah
setiap kali pengamatan dilakukan dengan suatu rangkaian kode misalnya stiker
atau tinta berwarna ataupun tulisan tangan. Contoh kode yang dipakai untuk
mencatat kesuburan ;
·
*
/ merah = perdarahan atau haid.
·
K
/ hijau = kering
·
@/&
/ biarkan kosong = lender subur yang basah, jernih, licin dan mulur.
·
L
/ kuning = lender tak subur yang kental, putih, keruh dan lengket.
2)
Periksa
lender setiap kali kebelakang dan sebelum tidur, kecuali ada perasaan sangat
basah waktu siang.
3)
Pantang
senggama paling sedikit satu kali siklus sehingga klien akan mengenali
hari-hari lender.
4)
Hindari
senggama pada waktu haid.
5)
Pada
hari kering setelah haid, aman untuk bersenggama selang satu malam.
6)
Tandai
hari terakhir dengan lendir jernih, licin, dan mullur dengan tanda “X”. Ini
adalah hari puncak (hari ovulasi).
7)
Setelah
hari puncak, hindari bersenggama untuk 3 hari berikut siang dan malam. Mulai
dari hari keempat setelah kering, ini adalah waktu yang aman untuk bersenggama
sampai hari haid berikutnya.
4.
Metode
simptomtermal.
a.
Definisi
Metode simptothermal
merupakan metode keluarga berencana
alamiah (KBA) yang mengidentifikasi masa subur
dari siklus menstruasi
wanita.
Metode simptothermal
mengkombinasikan metode suhu basal
tubuh dan mukosa serviks.
Tetapi ada teori lain yang menyatakan bahwa metode ini mengamati tiga indikator
kesuburan yaitu perubahan
suhu basal tubuh,
perubahan
mukosa/lendir serviks
dan perhitungan masa subur
melalui metode kalender.
Metode simptothermal
akan lebih akurat memprediksikan hari aman
pada wanita
daripada menggunakan salah satu metode saja. Ketika menggunakan metode ini
bersama-sama, maka tanda-tanda dari satu dengan yang lainnya akan saling
melengkapi.
b.
Dasar
Kombinasi antara macam metode KB alamiah untuk
menentukan masa subur/ ovulasi.
c.
Efektivitas Metode simptomtermal.
Angka kegagalan Metode simptomtermal ini adalah 4,9
– 34,4 kehamilan padda 100 wanita per tahun.
Angka kegagalan dari penggunaan metode simptothermal
adalah 10-20 wanita
akan hamil
dari 100 pasangan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan kesalahan dalam belajar,
saran atau tidak ada kerjasama pasangan. Namun, studi lain juga menyatakan
angka kegagalan dari metode simptothermal
mempunyai angka kegagalan hanya 3 persen apabila di bawah pengawasan
yang ketat.
Metode simptothermal
digunakan sebagai alat kontrasepsi
atau menghindari kehamilan
dengan tidak melakukan hubungan seksual
ketika berpotensi subur (pantang saat masa subur).
Metode simptothermal
digunakan sebagai konsepsi
atau menginginkan kehamilan
dengan melakukan hubungan seksual
ketika berpotensi subur.
B.
METODE
AMENORHEA LAKTASI
1. Definisi
Metode amenorhea laktasi adalah
kontrasepsi yang mengendalikan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif,
artinya hanya diberikan ASI saja tanpa pemberian makanan tambahan ataupun
minuman apapun..
Metode
Amenorea
Laktasi
(MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM) adalah metode kontrasepsi
sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu
Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan
dan minuman lainnya. Metode Amenorea
Laktasi
(MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM) dapat dikatakan sebagai
metode keluarga berencana
alamiah (KBA) atau natural family planning, apabila tidak
dikombinasikan dengan metode kontrasepsi
lain.
Meskipun penelitian
telah membuktikan bahwa menyusui
dapat menekan kesuburan, namun banyak wanita
yang hamil
lagi ketika menyusui.
Oleh karena itu, selain menggunakan Metode Amenorea
Laktasi
juga harus menggunakan metode kontrasepsi
lain seperti metode barier
(diafragma,
kondom,
spermisida),
kontrasepsi hormonal
(suntik,
pil menyusui,
AKBK)
maupun IUD.
Pada wanita yang tidak menyusui, waktu rata-rata ovulasi berikutnya adalah
45 hari setelah wanita tersebut melahirkan (jangka waktu 25-72 hari). Pada
wanita menyusui, waktu rata-rata ovulasi berikutnya adalah 190 hari.
2. Efektifitas.
Efektifitas Metode amenorrhea laktasi tinggi sekitar
98 % apabila digunakan secara benar dan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
digunakan selama enam bulan pertama setelah melahirkan,
belum mendapat haid
pasca melahirkan
dan menyusui
secara eksklusif (tanpa memberikan makanan
atau minuman tambahan). Efektifitas dari metode ini juga sangat tergantung pada
frekuensi dan intensitas menyusui.
3. Cara Kerja.
Cara kerja dari Metode Amenorea
Laktasi
(MAL) adalah menunda atau menekan terjadinya ovulasi.
Pada saat laktasi/menyusui,
hormon
yang berperan adalah prolaktin
dan oksitosin.
Semakin sering menyusui,
maka kadar prolaktin
meningkat dan hormon
gonadotrophin
melepaskan hormon
penghambat (inhibitor). Hormon
penghambat akan mengurangi kadar estrogen,
sehingga tidak terjadi ovulasi
setelah melahirkan sehingga menjadi suatu bentuk KB
alamiah.
b.
Metode ini hanya efektif digunakan
selama 6 bulan
setelah melahirkan,
belum mendapat haid
dan menyusui
secara eksklusif.
5.
Yang Dapat Menggunakan MAL.
Metode
Amenorea Laktasi (MAL) dapat
digunakan oleh wanita
yang ingin menghindari kehamilan
dan memenuhi kriteria sebagai berikut:
Wanita
yang menggunakan Metode Amenorea
Laktasi
(MAL), harus menyusui
dan memperhatikan hal-hal di bawah ini:
d.
Tidak mengkonsumsi suplemen.
6. Yang Tidak Dapat
Menggunakan MAL.
f.
Wanita
yang menggunakan obat-obatan
jenis
ergotamine, anti metabolisme,
cyclosporine, bromocriptine, obat radioaktif, lithium atau anti koagulan.
Metode
Amenorea
Laktasi
(MAL) tidak direkomendasikan pada kondisi ibu yang mempunyai HIV/AIDS
positif dan TBC aktif.
Namun demikian, MAL boleh digunakan dengan pertimbangan penilaian klinis medis,
tingkat keparahan kondisi ibu, ketersediaan dan penerimaan metode kontrasepsi
lain.
7. Keadaan yang Memerlukan
Perhatian.
Di bawah ini
merupakan keadaan yang memerlukan perhatian dalam penggunaan Metode Amenorea Laktasi (MAL)
|
Keadaan
|
Anjuran
|
Sebelum menggunakan
Metode Amenorea Laktasi (MAL), klien terlebih dahulu
diberikan konseling sebagai berikut:
d.
ASI juga diberikan pada malam hari untuk
mempertahankan kecukupan ASI.
e.
ASI dapat disimpan dalam lemari
pendingin.
f.
Waktu pemberian makanan
padat sebagai pendamping ASI (diberikan pada bayi
sudah berumur 6 bulan
lebih).
h.
Ibu yang sudah mendapatkan haid
setelah melahirkan
dianjurkan untuk menggunakan metode kontrasepsi
lain.
i.
Apabila ibu tidak menyusui
secara eksklusif atau berhenti menyusui
maka perlu disarankan menggunakan metode kontrasepsi
lain yang sesuai.
Hal
yang perlu diperhatikan oleh ibu dalam pemakaian Metode Amenorea Laktasi (MAL) agar aman dan berhasil adalah menyusui secara eksklusif
selama 6 bulan. Untuk mendukung
keberhasilan menyusui
dan MAL maka beberapa hal penting yang perlu diketahui yaitu cara menyusui yang benar
meliputi posisi, perlekatan dan menyusui
secara efektif.
Di
bawah ini merupakan langkah-langkah menentukan dalam
menggunakan kontrasepsi
Metode Amenorea Laktasi (MAL).


